WELLCOME, SUGENG RAWUH, SELAMAT DATANG, BE HAPPY

Kamis, 13 Februari 2014

HUKUM KARMA



“Sesuai benih yang ditabur, demikian buah yang diperoleh,
Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan / kebahagiaan,
Pelaku keburukan, memperoleh keburukan / penderitaan.
Taburlah biji dan kamu akan merasakan buah darinya”
(Samyutta Nikaya I:227)

Pengertian Karma
Hukum karma merupakan salah satu hukum alam yang mengatur hubungan sebab akibat suatu perbuatan. Kamma (Pali) atau karma (Sanskerta/Indonesia) secara harfiah berarti perbuatan. Namun secara teknis karma adalah perbuatan yang dilandasi niat. “Niat (cetanā) itulah yang Kusebut karma; karena setelah berniat, seseorang berbuat melalui tubuh, ucapan dan pikiran” (Aguttara Nikaya III, 415). Niat bisa hanya berada dalam pikiran, atau menimbulkan karma pikiran yang tercetus melalui pemikiran, perencanaan, dan keinginan, atau terekspresikan melalui perbuatan tubuh dan ucapan.
Kesalah Pahaman Mengenai Hukum Karma
Penggunaan kata “karma” ini pada umumnya ditujukan untuk menggambarkan hal-hal yg tidak baik (negatif). Hal ini tidaklah tepat, sesuai definisinya, karma merujuk pada semua perbuatan baik dan buruk. Untuk menyatakan akibat/buah, digunakan istilah vipaka atau phala. Misal ada seorang anak (Adi) melempari orang dijalan dengan batu, lalu orang tersebut terluka sebagai akibatnya setelah diusut diketahui bahwa Adi-lah pelakuknya, akibatnya ia dimarahi dan dihukum. Dari cerita ini dapat dijelaskan bahwa perilaku Adi yang melempari orang disebut karma buruk (akusala kamma), adi dimarahi dan dihukum disebut akibat karma buruk (akusala vipaka kamma), Orang dijalan yang terluka karena dilempari Adi sedang menerima akibat karma buruk dari perbuatan-perbuatan dia yang sebelumnya (bisa dalam hidup ini atau dalam kehidupan sebelumnya)
Penggolongan Karma
Menurut kitab Visudhimagga terdapat 12 macam karma yang dikelompokkan menjadi 3 golongan sebagai berikut:
Karma menurut fungsinya:
1. Karma penghasil (Janaka-kamma) adalah karma yang membuahkan akibat.
2. Karma penguat (Upatthambhaka-kamma) adalah karma yang memperkuat akibat karma lain.
3. Karma pelemah (Uppapīlaka-kamma) adalah karma yang melemahkan akibat karma lain.
4. Karma penghancur (Upaghātaka-kamma) adalah karma yang mampu menghancurkan akibat karma lain.
Karma menurut prioritasnya:
1. Karma berat (Garuka-kamma) adalah karma yang sangat berat/dahsyat akibatnya. Contoh akusala garuka kamma (karma buruk yang sangat berat akibatnya) yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh arahat, melukai Buddha, dan memecah belah sangha. Contoh kusala garuka kamma (karma baik yang sangat besar akibatnya) yaitu mencapai jhāna (konsentrasi mendalam yang diperoleh melalui meditasi benar) dan magga-phala (tingkat kesucian).
2. Karma menjelang ajal (Maranāssana-kamma) adalah karma yang dilakukan saat menjelang kematian. Karma menjelang ajal ini sangat menentukan kehidupan kita pada kehidupan selanjutnya. Karma menjelang ajal biasanya berupa mano kamma (perbuatan melalui pikiran) yang sangat dipengaruhi oleh perbuatan (karma) semasa hidup.
3. Karma kebiasaan (Ācinnaka-kamma) adalah karma yang dilakukan sebagai kebiasaan selama hidup.
4. Karma kumulatif/cadangan (Katatta-kamma) adalah karma yang akan membuahkan hasil jika karma lainnya tidak ada.
Karma menurut waktu berbuah:
1. Karma yang berbuah pada kehidupan ini (Ditthadhamma Vedanīya-kamma).
2. Karma yang berbuah pada satu kehidupan yang akan datang (Upapajja Vedanīya-kamma).
3. Karma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan mendatang atau waktu tak tertentu (Aparapariya Vedanīya- kamma)
4. Karma yang kadaluwarsa atau sudah habis waktu berbuahnya, sehingga tidk menimbulkan akibat (Ahosi-kamma)
Bagaimana Karma Bekerja?
Semua perbuatan yang didasi dengan niat memiliki potensi menimbulkan akibat (vipaka) atau buah (phala) yang sesuai dengan kausalitas perbuatan itu sendiri. Benih-benih karma akan mengikuti kita dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya yang akan menghasilkan buah jika saatnya sesuai dan kondisi mendukung. Buddha bersabda: "Sesuai benih yang ditabur, demikian buah yang diperoleh, Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan / kebahagiaan, pelaku keburukan, memperoleh keburukan / penderitaan. Taburlah biji dan kamu akan merasakan buah darinya" (Samyutta Nikaya I:227)

Hukum karma bukan hukum pembalasan, sehingga terdapat jalan untuk mempengaruhi atau menekan akibat karma buruk dengan cara mengembangkan kemampuan dan kebiasaan baik. A
gulimāla seorang pembunuh yang bertobat karena kasih Buddha, ia mengubah dirinya secara total hingga berhasil mencapai kesucian. walaupun sudah membunuh 999 orang, ia hanya menanggung luka diserang orang-orang yang ingin membelas dendam, namun terhindar dari alam neraka.

Terdapat tiga akar penyebab karma buruk, yaitu ketamakan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Jika suatu perbuatan dilakukan dibawah pengaruh tiga hal ini, hasilnya akan mengakibatkan penderitaan. Kebalikannya merupakan akar dari karma baik.
Sepuluh perbuatan baik terdiri dari:
1. Berderma (Dana)
2. Moralitas (Sila)
3. Mengembangkan batin (Bhavana)
4. Menghargai, menghormati (Apacayana)
5. Melayani (Veyyavacca)
6. Melimpahkan jasa (Pattidana)
7. Bergembira atas jasa orang lain (Pattanumodana)
8. Membabarkan Dharma (Dhammadesana)
9. Mendengarkan Dharma (Dhammasavana)
10. Meluruskan pandangan (Ditthijjukamma)

Sepuluh perbuatan buruk terdiri dari:
Tindakan Jasmani
1. Membunuh (Panatipata)
2. Mencuri (Adinnadana)
3. Berzina (Kamesumichacara)
Ucapan
4. Berdusta (Musavada)
5. Memfitnah (Pisunavaca)
6. Berkata kasar (Pharusavaca)
7. Omong kosong (Samphappalapa)
Pikiran
8. Iri (Abhijjha)
9. Berniat buruk (Vyapada)
10. Berpandangan salah (Micchaditthi)
Dapatkah karma Berubah?
Karma mempengaruhi kelahiran kita yang akan datang dan mempengaruhi apa yang kita alami selama hidup: bagaimana orang lain memperlakukan kita, kekayaan, status sosial, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Karma juga mempengaruhi kepribadian dan watak, bakat, perilaku dan kebiasaan kita. Namun karma bukanlah nasib atau takdir yang tak dapat dirubah lagi. walaupun pada kehidupan sekarang kita mengalami akibat-akibat dari perbuatan (karma) yang silam, kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah, mengurangi atau menambah akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan lampau ini melalui perbuatan saat ini, yang akan mempengaruhi masa depan atau kehidupan yang akan datang. Bagaimana caranya?
Karma buruk tidak dapat dihapus begitu saja dengan permintaan maaf atau tobat. Permintaan maaf dan tobat hanya awal untuk meredakan rasa bersalah, setelah itu haruslah aktif melakukan perbuatan baik.
Dapatkah kita menolong Makhluk lain yang menderita akibat karma buruknya?
Semua makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, namun hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu menolong makhluk yang menderita. Justru kepedulian, empati dan welas asih kita sangatlah penting demi perkembangan spiritual dan demi kedamaian dunia. Buddha dalam Parabhava Sutta menjelaskan bahwa menikmati sendiri kekayaan atau kelebihan itu dan tidak menyokong orang lain, dicela sebagai sebab kemerosotan seseorang (Sn. 102). Seperti juga sabda awal Buddha kepada misionaris Buddhis pertama yaitu "Pergilah demi kebaikan dan kebahagiaan banyak makhluk, atas belas kasih pada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Babarkanlah Dharma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya, dalam arti maupun isinya. Serukanlah hidup suci, yang sungguh sempurna dan murni" (Vin. I, 21). Dari sabda ini jelas penting untuk saling berbagi bukan hanya materi, yang terlebih penting lagi adalah membagikan Dharma kepaada sesama sehingga beroleh kebahagiaan.
Manfaat memiliki keyakinan terhadap hukum karma
Keyakinan haruslah berdasarkan pada pemahaman yang benar. Keyakinan terhadap hukum karma semestinya menimbulkan kesadaran bertanggungjawab terhadap perbuatan sendiri, menghargai setiap waktu yang dimiliki, memiliki pengendalian diri; secara sadar menghindari kejahatan dan mengembangkan diri dan melakukan kebajikan, memiliki kesabaran; tidak mengeluh jika mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, dan pada akhirnya memiliki sikap bertanggung jawab atas nasib sendiri sehingga akan giat berusaha untuk memperbaiki diri.

Metode Pembelajaran Efektif


Dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, gembira, dan berbobot diperlukan metode pembelajaran yang efektif. Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang dapat anda pilih sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga proses pembelajran bisa menjadi lebih menarik.

Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.

Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. 

Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar

Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.