Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan /
kebahagiaan,
Pelaku keburukan, memperoleh keburukan / penderitaan.
Taburlah biji dan kamu akan merasakan buah darinya”
(Samyutta Nikaya I:227)
Pengertian Karma
Hukum karma merupakan salah satu hukum alam yang
mengatur hubungan sebab akibat suatu perbuatan. Kamma (Pali) atau karma
(Sanskerta/Indonesia) secara harfiah berarti perbuatan. Namun secara teknis
karma adalah perbuatan yang dilandasi niat. “Niat (cetanā) itulah yang
Kusebut karma; karena setelah berniat, seseorang berbuat melalui tubuh, ucapan
dan pikiran” (Aṅguttara Nikaya III, 415). Niat bisa hanya berada dalam pikiran, atau
menimbulkan karma pikiran yang tercetus melalui pemikiran, perencanaan, dan
keinginan, atau terekspresikan melalui perbuatan tubuh dan ucapan.
Kesalah Pahaman Mengenai Hukum Karma
Penggunaan kata “karma” ini pada umumnya ditujukan
untuk menggambarkan hal-hal yg tidak baik (negatif). Hal ini tidaklah tepat,
sesuai definisinya, karma merujuk pada semua perbuatan baik dan buruk. Untuk
menyatakan akibat/buah, digunakan istilah vipaka atau phala. Misal ada seorang
anak (Adi) melempari orang dijalan dengan batu, lalu orang tersebut terluka
sebagai akibatnya setelah diusut diketahui bahwa Adi-lah pelakuknya, akibatnya
ia dimarahi dan dihukum. Dari cerita ini dapat dijelaskan bahwa perilaku Adi yang
melempari orang disebut karma buruk (akusala kamma), adi dimarahi dan
dihukum disebut akibat karma buruk (akusala vipaka kamma), Orang dijalan
yang terluka karena dilempari Adi sedang menerima akibat karma buruk dari
perbuatan-perbuatan dia yang sebelumnya (bisa dalam hidup ini atau dalam
kehidupan sebelumnya)
Penggolongan Karma
Menurut kitab Visudhimagga terdapat 12 macam
karma yang dikelompokkan menjadi 3 golongan sebagai berikut:
Karma menurut fungsinya:
1. Karma penghasil (Janaka-kamma) adalah karma
yang membuahkan akibat.
2. Karma penguat (Upatthambhaka-kamma) adalah karma yang memperkuat akibat karma lain.
3. Karma pelemah (Uppapīlaka-kamma) adalah karma yang melemahkan akibat karma lain.
4. Karma penghancur (Upaghātaka-kamma) adalah karma yang mampu menghancurkan akibat karma lain.
2. Karma penguat (Upatthambhaka-kamma) adalah karma yang memperkuat akibat karma lain.
3. Karma pelemah (Uppapīlaka-kamma) adalah karma yang melemahkan akibat karma lain.
4. Karma penghancur (Upaghātaka-kamma) adalah karma yang mampu menghancurkan akibat karma lain.
Karma menurut prioritasnya:
1. Karma berat (Garuka-kamma) adalah karma yang
sangat berat/dahsyat akibatnya. Contoh akusala garuka kamma (karma buruk
yang sangat berat akibatnya) yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh
arahat, melukai Buddha, dan memecah belah sangha. Contoh kusala garuka kamma
(karma baik yang sangat besar akibatnya) yaitu mencapai jhāna (konsentrasi
mendalam yang diperoleh melalui meditasi benar) dan magga-phala (tingkat
kesucian).
2. Karma menjelang ajal (Maranāssana-kamma) adalah karma yang dilakukan saat menjelang kematian. Karma menjelang ajal ini sangat menentukan kehidupan kita pada kehidupan selanjutnya. Karma menjelang ajal biasanya berupa mano kamma (perbuatan melalui pikiran) yang sangat dipengaruhi oleh perbuatan (karma) semasa hidup.
3. Karma kebiasaan (Ācinnaka-kamma) adalah karma yang dilakukan sebagai kebiasaan selama hidup.
4. Karma kumulatif/cadangan (Katatta-kamma) adalah karma yang akan membuahkan hasil jika karma lainnya tidak ada.
2. Karma menjelang ajal (Maranāssana-kamma) adalah karma yang dilakukan saat menjelang kematian. Karma menjelang ajal ini sangat menentukan kehidupan kita pada kehidupan selanjutnya. Karma menjelang ajal biasanya berupa mano kamma (perbuatan melalui pikiran) yang sangat dipengaruhi oleh perbuatan (karma) semasa hidup.
3. Karma kebiasaan (Ācinnaka-kamma) adalah karma yang dilakukan sebagai kebiasaan selama hidup.
4. Karma kumulatif/cadangan (Katatta-kamma) adalah karma yang akan membuahkan hasil jika karma lainnya tidak ada.
1. Karma yang berbuah pada kehidupan ini (Ditthadhamma
Vedanīya-kamma).
2. Karma yang berbuah pada satu kehidupan yang akan datang (Upapajja Vedanīya-kamma).
3. Karma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan mendatang atau waktu tak tertentu (Aparapariya Vedanīya- kamma)
4. Karma yang kadaluwarsa atau sudah habis waktu berbuahnya, sehingga tidk menimbulkan akibat (Ahosi-kamma)
2. Karma yang berbuah pada satu kehidupan yang akan datang (Upapajja Vedanīya-kamma).
3. Karma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan mendatang atau waktu tak tertentu (Aparapariya Vedanīya- kamma)
4. Karma yang kadaluwarsa atau sudah habis waktu berbuahnya, sehingga tidk menimbulkan akibat (Ahosi-kamma)
Bagaimana Karma Bekerja?
Semua perbuatan yang didasi dengan niat memiliki
potensi menimbulkan akibat (vipaka) atau buah (phala) yang sesuai dengan
kausalitas perbuatan itu sendiri. Benih-benih karma akan mengikuti kita dari
satu kehidupan ke kehidupan berikutnya yang akan menghasilkan buah jika saatnya
sesuai dan kondisi mendukung. Buddha bersabda: "Sesuai benih yang
ditabur, demikian buah yang diperoleh, Pelaku kebaikan akan mengumpulkan
kebaikan / kebahagiaan, pelaku keburukan, memperoleh keburukan / penderitaan.
Taburlah biji dan kamu akan merasakan buah darinya" (Samyutta Nikaya I:227)
Hukum karma bukan hukum pembalasan, sehingga terdapat jalan untuk mempengaruhi atau menekan akibat karma buruk dengan cara mengembangkan kemampuan dan kebiasaan baik. Aṅgulimāla seorang pembunuh yang bertobat karena kasih Buddha, ia mengubah dirinya secara total hingga berhasil mencapai kesucian. walaupun sudah membunuh 999 orang, ia hanya menanggung luka diserang orang-orang yang ingin membelas dendam, namun terhindar dari alam neraka.
Terdapat tiga akar penyebab karma buruk, yaitu ketamakan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Jika suatu perbuatan dilakukan dibawah pengaruh tiga hal ini, hasilnya akan mengakibatkan penderitaan. Kebalikannya merupakan akar dari karma baik.
Sepuluh perbuatan baik terdiri dari:
1. Berderma (Dana)
2. Moralitas (Sila)
3. Mengembangkan batin (Bhavana)
4. Menghargai, menghormati (Apacayana)
5. Melayani (Veyyavacca)
6. Melimpahkan jasa (Pattidana)
7. Bergembira atas jasa orang lain (Pattanumodana)
8. Membabarkan Dharma (Dhammadesana)
9. Mendengarkan Dharma (Dhammasavana)
10. Meluruskan pandangan (Ditthijjukamma)
Sepuluh perbuatan buruk terdiri dari:
Tindakan Jasmani
1. Membunuh (Panatipata)
2. Mencuri (Adinnadana)
3. Berzina (Kamesumichacara)
Ucapan
4. Berdusta (Musavada)
5. Memfitnah (Pisunavaca)
6. Berkata kasar (Pharusavaca)
7. Omong kosong (Samphappalapa)
Pikiran
8. Iri (Abhijjha)
9. Berniat buruk (Vyapada)
10. Berpandangan salah (Micchaditthi)
Hukum karma bukan hukum pembalasan, sehingga terdapat jalan untuk mempengaruhi atau menekan akibat karma buruk dengan cara mengembangkan kemampuan dan kebiasaan baik. Aṅgulimāla seorang pembunuh yang bertobat karena kasih Buddha, ia mengubah dirinya secara total hingga berhasil mencapai kesucian. walaupun sudah membunuh 999 orang, ia hanya menanggung luka diserang orang-orang yang ingin membelas dendam, namun terhindar dari alam neraka.
Terdapat tiga akar penyebab karma buruk, yaitu ketamakan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Jika suatu perbuatan dilakukan dibawah pengaruh tiga hal ini, hasilnya akan mengakibatkan penderitaan. Kebalikannya merupakan akar dari karma baik.
Sepuluh perbuatan baik terdiri dari:
1. Berderma (Dana)
2. Moralitas (Sila)
3. Mengembangkan batin (Bhavana)
4. Menghargai, menghormati (Apacayana)
5. Melayani (Veyyavacca)
6. Melimpahkan jasa (Pattidana)
7. Bergembira atas jasa orang lain (Pattanumodana)
8. Membabarkan Dharma (Dhammadesana)
9. Mendengarkan Dharma (Dhammasavana)
10. Meluruskan pandangan (Ditthijjukamma)
Sepuluh perbuatan buruk terdiri dari:
Tindakan Jasmani
1. Membunuh (Panatipata)
2. Mencuri (Adinnadana)
3. Berzina (Kamesumichacara)
Ucapan
4. Berdusta (Musavada)
5. Memfitnah (Pisunavaca)
6. Berkata kasar (Pharusavaca)
7. Omong kosong (Samphappalapa)
Pikiran
8. Iri (Abhijjha)
9. Berniat buruk (Vyapada)
10. Berpandangan salah (Micchaditthi)
Dapatkah karma Berubah?
Karma mempengaruhi kelahiran kita yang akan datang dan
mempengaruhi apa yang kita alami selama hidup: bagaimana orang lain
memperlakukan kita, kekayaan, status sosial, lingkungan tempat tinggal, dan
sebagainya. Karma juga mempengaruhi kepribadian dan watak, bakat, perilaku dan
kebiasaan kita. Namun karma bukanlah nasib atau takdir yang tak dapat dirubah
lagi. walaupun pada kehidupan sekarang kita mengalami akibat-akibat dari
perbuatan (karma) yang silam, kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah,
mengurangi atau menambah akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan lampau ini
melalui perbuatan saat ini, yang akan mempengaruhi masa depan atau kehidupan
yang akan datang. Bagaimana caranya?
Karma buruk tidak dapat dihapus begitu saja dengan permintaan maaf atau tobat. Permintaan maaf dan tobat hanya awal untuk meredakan rasa bersalah, setelah itu haruslah aktif melakukan perbuatan baik.
Karma buruk tidak dapat dihapus begitu saja dengan permintaan maaf atau tobat. Permintaan maaf dan tobat hanya awal untuk meredakan rasa bersalah, setelah itu haruslah aktif melakukan perbuatan baik.
Dapatkah kita menolong Makhluk lain yang menderita akibat karma buruknya?
Semua makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya
sendiri, namun hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu menolong makhluk
yang menderita. Justru kepedulian, empati dan welas asih kita sangatlah penting
demi perkembangan spiritual dan demi kedamaian dunia. Buddha dalam Parabhava
Sutta menjelaskan bahwa menikmati sendiri kekayaan atau kelebihan itu dan
tidak menyokong orang lain, dicela sebagai sebab kemerosotan seseorang (Sn.
102). Seperti juga sabda awal Buddha kepada misionaris Buddhis pertama
yaitu "Pergilah demi kebaikan dan kebahagiaan banyak makhluk, atas
belas kasih pada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa
dan manusia. Babarkanlah Dharma yang indah pada awalnya, indah pada
pertengahannya, dan indah pada akhirnya, dalam arti maupun isinya. Serukanlah
hidup suci, yang sungguh sempurna dan murni" (Vin. I, 21). Dari sabda
ini jelas penting untuk saling berbagi bukan hanya materi, yang terlebih
penting lagi adalah membagikan Dharma kepaada sesama sehingga beroleh
kebahagiaan.
Manfaat memiliki keyakinan terhadap hukum karma
Keyakinan haruslah berdasarkan pada pemahaman yang
benar. Keyakinan terhadap hukum karma semestinya menimbulkan kesadaran
bertanggungjawab terhadap perbuatan sendiri, menghargai setiap waktu yang
dimiliki, memiliki pengendalian diri; secara sadar menghindari kejahatan dan
mengembangkan diri dan melakukan kebajikan, memiliki kesabaran; tidak mengeluh
jika mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, dan pada akhirnya memiliki sikap
bertanggung jawab atas nasib sendiri sehingga akan giat berusaha untuk
memperbaiki diri.