WELLCOME, SUGENG RAWUH, SELAMAT DATANG, BE HAPPY

Kamis, 13 Februari 2014

HUKUM KARMA



“Sesuai benih yang ditabur, demikian buah yang diperoleh,
Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan / kebahagiaan,
Pelaku keburukan, memperoleh keburukan / penderitaan.
Taburlah biji dan kamu akan merasakan buah darinya”
(Samyutta Nikaya I:227)

Pengertian Karma
Hukum karma merupakan salah satu hukum alam yang mengatur hubungan sebab akibat suatu perbuatan. Kamma (Pali) atau karma (Sanskerta/Indonesia) secara harfiah berarti perbuatan. Namun secara teknis karma adalah perbuatan yang dilandasi niat. “Niat (cetanā) itulah yang Kusebut karma; karena setelah berniat, seseorang berbuat melalui tubuh, ucapan dan pikiran” (Aguttara Nikaya III, 415). Niat bisa hanya berada dalam pikiran, atau menimbulkan karma pikiran yang tercetus melalui pemikiran, perencanaan, dan keinginan, atau terekspresikan melalui perbuatan tubuh dan ucapan.
Kesalah Pahaman Mengenai Hukum Karma
Penggunaan kata “karma” ini pada umumnya ditujukan untuk menggambarkan hal-hal yg tidak baik (negatif). Hal ini tidaklah tepat, sesuai definisinya, karma merujuk pada semua perbuatan baik dan buruk. Untuk menyatakan akibat/buah, digunakan istilah vipaka atau phala. Misal ada seorang anak (Adi) melempari orang dijalan dengan batu, lalu orang tersebut terluka sebagai akibatnya setelah diusut diketahui bahwa Adi-lah pelakuknya, akibatnya ia dimarahi dan dihukum. Dari cerita ini dapat dijelaskan bahwa perilaku Adi yang melempari orang disebut karma buruk (akusala kamma), adi dimarahi dan dihukum disebut akibat karma buruk (akusala vipaka kamma), Orang dijalan yang terluka karena dilempari Adi sedang menerima akibat karma buruk dari perbuatan-perbuatan dia yang sebelumnya (bisa dalam hidup ini atau dalam kehidupan sebelumnya)
Penggolongan Karma
Menurut kitab Visudhimagga terdapat 12 macam karma yang dikelompokkan menjadi 3 golongan sebagai berikut:
Karma menurut fungsinya:
1. Karma penghasil (Janaka-kamma) adalah karma yang membuahkan akibat.
2. Karma penguat (Upatthambhaka-kamma) adalah karma yang memperkuat akibat karma lain.
3. Karma pelemah (Uppapīlaka-kamma) adalah karma yang melemahkan akibat karma lain.
4. Karma penghancur (Upaghātaka-kamma) adalah karma yang mampu menghancurkan akibat karma lain.
Karma menurut prioritasnya:
1. Karma berat (Garuka-kamma) adalah karma yang sangat berat/dahsyat akibatnya. Contoh akusala garuka kamma (karma buruk yang sangat berat akibatnya) yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh arahat, melukai Buddha, dan memecah belah sangha. Contoh kusala garuka kamma (karma baik yang sangat besar akibatnya) yaitu mencapai jhāna (konsentrasi mendalam yang diperoleh melalui meditasi benar) dan magga-phala (tingkat kesucian).
2. Karma menjelang ajal (Maranāssana-kamma) adalah karma yang dilakukan saat menjelang kematian. Karma menjelang ajal ini sangat menentukan kehidupan kita pada kehidupan selanjutnya. Karma menjelang ajal biasanya berupa mano kamma (perbuatan melalui pikiran) yang sangat dipengaruhi oleh perbuatan (karma) semasa hidup.
3. Karma kebiasaan (Ācinnaka-kamma) adalah karma yang dilakukan sebagai kebiasaan selama hidup.
4. Karma kumulatif/cadangan (Katatta-kamma) adalah karma yang akan membuahkan hasil jika karma lainnya tidak ada.
Karma menurut waktu berbuah:
1. Karma yang berbuah pada kehidupan ini (Ditthadhamma Vedanīya-kamma).
2. Karma yang berbuah pada satu kehidupan yang akan datang (Upapajja Vedanīya-kamma).
3. Karma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan mendatang atau waktu tak tertentu (Aparapariya Vedanīya- kamma)
4. Karma yang kadaluwarsa atau sudah habis waktu berbuahnya, sehingga tidk menimbulkan akibat (Ahosi-kamma)
Bagaimana Karma Bekerja?
Semua perbuatan yang didasi dengan niat memiliki potensi menimbulkan akibat (vipaka) atau buah (phala) yang sesuai dengan kausalitas perbuatan itu sendiri. Benih-benih karma akan mengikuti kita dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya yang akan menghasilkan buah jika saatnya sesuai dan kondisi mendukung. Buddha bersabda: "Sesuai benih yang ditabur, demikian buah yang diperoleh, Pelaku kebaikan akan mengumpulkan kebaikan / kebahagiaan, pelaku keburukan, memperoleh keburukan / penderitaan. Taburlah biji dan kamu akan merasakan buah darinya" (Samyutta Nikaya I:227)

Hukum karma bukan hukum pembalasan, sehingga terdapat jalan untuk mempengaruhi atau menekan akibat karma buruk dengan cara mengembangkan kemampuan dan kebiasaan baik. A
gulimāla seorang pembunuh yang bertobat karena kasih Buddha, ia mengubah dirinya secara total hingga berhasil mencapai kesucian. walaupun sudah membunuh 999 orang, ia hanya menanggung luka diserang orang-orang yang ingin membelas dendam, namun terhindar dari alam neraka.

Terdapat tiga akar penyebab karma buruk, yaitu ketamakan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Jika suatu perbuatan dilakukan dibawah pengaruh tiga hal ini, hasilnya akan mengakibatkan penderitaan. Kebalikannya merupakan akar dari karma baik.
Sepuluh perbuatan baik terdiri dari:
1. Berderma (Dana)
2. Moralitas (Sila)
3. Mengembangkan batin (Bhavana)
4. Menghargai, menghormati (Apacayana)
5. Melayani (Veyyavacca)
6. Melimpahkan jasa (Pattidana)
7. Bergembira atas jasa orang lain (Pattanumodana)
8. Membabarkan Dharma (Dhammadesana)
9. Mendengarkan Dharma (Dhammasavana)
10. Meluruskan pandangan (Ditthijjukamma)

Sepuluh perbuatan buruk terdiri dari:
Tindakan Jasmani
1. Membunuh (Panatipata)
2. Mencuri (Adinnadana)
3. Berzina (Kamesumichacara)
Ucapan
4. Berdusta (Musavada)
5. Memfitnah (Pisunavaca)
6. Berkata kasar (Pharusavaca)
7. Omong kosong (Samphappalapa)
Pikiran
8. Iri (Abhijjha)
9. Berniat buruk (Vyapada)
10. Berpandangan salah (Micchaditthi)
Dapatkah karma Berubah?
Karma mempengaruhi kelahiran kita yang akan datang dan mempengaruhi apa yang kita alami selama hidup: bagaimana orang lain memperlakukan kita, kekayaan, status sosial, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Karma juga mempengaruhi kepribadian dan watak, bakat, perilaku dan kebiasaan kita. Namun karma bukanlah nasib atau takdir yang tak dapat dirubah lagi. walaupun pada kehidupan sekarang kita mengalami akibat-akibat dari perbuatan (karma) yang silam, kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah, mengurangi atau menambah akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan lampau ini melalui perbuatan saat ini, yang akan mempengaruhi masa depan atau kehidupan yang akan datang. Bagaimana caranya?
Karma buruk tidak dapat dihapus begitu saja dengan permintaan maaf atau tobat. Permintaan maaf dan tobat hanya awal untuk meredakan rasa bersalah, setelah itu haruslah aktif melakukan perbuatan baik.
Dapatkah kita menolong Makhluk lain yang menderita akibat karma buruknya?
Semua makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, namun hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu menolong makhluk yang menderita. Justru kepedulian, empati dan welas asih kita sangatlah penting demi perkembangan spiritual dan demi kedamaian dunia. Buddha dalam Parabhava Sutta menjelaskan bahwa menikmati sendiri kekayaan atau kelebihan itu dan tidak menyokong orang lain, dicela sebagai sebab kemerosotan seseorang (Sn. 102). Seperti juga sabda awal Buddha kepada misionaris Buddhis pertama yaitu "Pergilah demi kebaikan dan kebahagiaan banyak makhluk, atas belas kasih pada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Babarkanlah Dharma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya, dalam arti maupun isinya. Serukanlah hidup suci, yang sungguh sempurna dan murni" (Vin. I, 21). Dari sabda ini jelas penting untuk saling berbagi bukan hanya materi, yang terlebih penting lagi adalah membagikan Dharma kepaada sesama sehingga beroleh kebahagiaan.
Manfaat memiliki keyakinan terhadap hukum karma
Keyakinan haruslah berdasarkan pada pemahaman yang benar. Keyakinan terhadap hukum karma semestinya menimbulkan kesadaran bertanggungjawab terhadap perbuatan sendiri, menghargai setiap waktu yang dimiliki, memiliki pengendalian diri; secara sadar menghindari kejahatan dan mengembangkan diri dan melakukan kebajikan, memiliki kesabaran; tidak mengeluh jika mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, dan pada akhirnya memiliki sikap bertanggung jawab atas nasib sendiri sehingga akan giat berusaha untuk memperbaiki diri.

1 komentar :

Anonim mengatakan...

bagaimana kita tahu kalau kita berpandangan salah?