WELLCOME, SUGENG RAWUH, SELAMAT DATANG, BE HAPPY

Minggu, 29 September 2013

Sayang Papa Mama

Contoh Dhammadesana Anak
Nama            : Ferlian Pasha
Kelas            : VI SD Negeri 2 Palembang
Pembimbing  : Widya Kusuma & Ivan Yulietmi

Matapitu upatthanam                         
Etammanggalamuttamam
Membantu ayah dan ibu
Itulah berkah utama

Namo Sanghyang Adi Buddhaya
Namo Buddhaya
Bapak/Ibu juri yang terhormat, dan teman-teman se-Dharma yang terkasih. Semoga kebahagiaan senantiasa meliputi kita semua. Pada kesempatan ini saya, Ferlyan Pasya kelas 6, kontingen dari sumatera selatan akan berbagi Dharma dan cerita dengan semuanya. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan bahwa membantu ayah dan ibu adalah berkah utama.
Teman-teman se-Dharma yang berbahagia, tahukah kalian Zang Da?
Zang Da adalah seorang anak luar biasa dari China. Pada 27 Januari 2006 Zang Da mendapat penghargaan “Perbuatan Luar Biasa”. Apakah yang membuat Zang Da memperoleh penghargaan?
Keluarga Zang Da adalah keluarga yang sederhana, bukan, bahkan sangat sederhana. Ibunya meninggalkan Zang Da dan ayahnya karena tidak tahan hidup miskin. Zang Da saat itu berusia 10 tahun. Ia pun harus berjuang mempertahankan hidupnya. Kenapa? Ayah Zang Da sakit keras, yang membuatnya tak dapat berjalan, apa lagi bekerja.
Bagaimana Zang Da bisa menjalani hidup seperti itu? Apakah Zang Da akan menyerah? Tentu saja tidak. Saat pulang sekolah Zang Da melewati hutan kecil, ia pun mulai memakan bijian-bijian, buah, daun dan jamur. Ia semakin tahu makanan yang disediakan oleh alam yang dapat dimakannya. Bukankah ia hebat? Biasanya saat kita lapar kita ingin menikmati makanan yang enak. Mungkin ayam goreng? Mungkin Nasi goreng buatan ibu?
Teman-teman, setelah pulang sekolah, Zang Da bekerja memecah batu. Uang yang diperolehnya digunakan untuk membeli keperluan sehari-hari. Namun, sepertinya ia banyak menggunakan uang hasil memecah batu untuk membeli beras dan obat ayahnya. Zang Da bahkan belajar menyuntik dari seorang suster untuk menyuntikan obat kepada ayahnya. Dengan tekad yang kuat untuk merawat ayahnya, Zang Da memberanikan diri untuk menyuntik ayahnya. Ternyata berhasil dan ia semakin pandai melakukannya.
Perjuangan hidup dan kasihnya yang tak lelah menjaga ayahnya, Zang Da patut memdapat penghargaan. Hal lain yang membuatnya jadi perhatian adalah saat penerimaan penghargaan. Ada banyak sekali orang-orang kaya yang siap membantu Zang Da. Namun, saat ditanya apa yang diinginkan, Zang Da hanya menjawab “Mama, kembalilah. Saya bisa membantu papa, saya bisa mencari makan sendiri. Mama kembalilah”.
Bukankah Zang Da adalah anak yang hebat?
Bagaimana dengan kita? Tentu saja kita adalah anak yang hebat! J
Teman-teman, tahukah istilah lain untuk ayah dan ibu kita?
Ayah dan ibu berbuat banyak untuk anak-anak mereka; mereka membesarkan, menjaga dan memperkenalkan anak-anaknya dengan dunia. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dalam  Anguttara Nikaya, ayah dan ibu disebut dengan istilah BRAHMA yaitu guru bijaksana dari masa lampau, para dewa yang pantas menerima persembahan.
Didalam Sigalovada sutta, Buddha telah menunjukkan jalan bagaiamana seorang berbakti pada orang tuanya. Apapun kondisi orang tua kita, kitalah yang memiliki kewajiban untuk merawatnya.
Apakah teman-teman ingat apa saja kewajiban anak kepada orang tua? Ya, kewajiban pokok kita kepada orang tua ada lima.
1.    Menyokong orang tua yang telah membesarkan kita
2.    Melakukan apa yang harus dikerjakan demi orang tua
3.    Menjaga nama baik dan tradisi keluarga
4.    Menjadikan dirinya patut menerima warisan mereka
5.    Melimpahkan jasa kebajikan kepada mendiang orang tua
Nah, teman-taman, selanjutkanya saya akan menguraikan satu persatu bagaimana kelima kewajiban itu dapat kita lakukan mulai dari sekarang.
Kewajiban pertama, bagaimana kita melakukannya? Bukankah saat ini kebanyakan dari kita belum bekerja? Teman-teman yang berbahagia, mulai dari sekarang kita dapat menyimpan tekad baik untuk meraih cita-cita kita nantinya. Sehingga pada saat kita telah mandiri kita mampu menyokong ayah dan ibu kita.
Melakukan apa yang harus dikerjakan demi orang tua. Zang Da telah memberi contoh pada kita dalam hal ini. Lalu apakah kita juga harus belajar menyuntik seperti Zang Da? Bukan ini yang saya maksud. Mungkin bisa lebih sederhana dari apa yang telah Zang Da lalukan. Setidaknya kita tidak merepotkan orang tua kita.
Teman-teman yang berbahagia. Kewajiban selanjutnya adalah menjaga nama baik dan tradisi keluarga. Cara menjaga nama baik keluarga adalah dengan menjaga sikap dan perilaku kita. Sering kita mendapat nasihat dari kakak-kakak di Sekolah Minggu Buddha bahwa hendaknya kita menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan kita. Sehingga perbuatan kita tidak merugikan orang lain. Karena, jika ada yang dirugikan maka hal ini akan membuat orang tua kita bersedih.
Ketika kita memilih mengucapkan kata-kata yang baik dan jujur, kita akan lebih disayang oleh orang-orang disekitar kita. Sebaliknya saat kita memakai kalimat kasar itu hanya akan menyakiti orang-orang disekitar kita dan membuat orang tua kita bersedih. Begitu juga dengan perbuatan kita. Suka memukul, menendang, jahil pada teman yang lain maka kita akan lebih dikenal sebagai ‘anak nakal’. Lalu orang-orang akan menceritakannya pada orang tua kita. Bukankah hal ini akan membuat orang tua kita sedih?
Kewajiban ke empat yaitu menjadikan diri kita patut menerima warisan. Kenapa? Tahukah teman-teman Orang tua kita tidak rela melihat anaknya hidup bersusah - susah di tempat orang lain.Orang tua telah mempersiapkan warisan terbaik (tidak selalu harta) untuk anaknya, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkan. Maka kita pun juga harus menjadi pewaris yang baik. Bagaimana caranya?
Ya, tentu kita bisa mulai dengan menjadi anak berprestasi. Bukan hanya berprestasi dengan nilai rapor yang bagus namun juga dalam sikap. Seperti tidak boros, suka menabung, pandai merawat barang yang dimiliki dan sebagainya.
Teman-teman pasti pernah menerima hadiah dari orang tua kita. Mungkin tas sekolah, penghapus, pinsil, buku dan lain-lain. Pasti teman-teman akan menjaganya dengan baik bukan?
Kewajiban ke lima adalah dengan melimpahkan jasa kepada orang tua yang tiada. Teman-teman, pasti sedih sekali jika kita ditinggal orang tua. Tahukah teman-teman siswa utama Buddha yang bernama Bhikkhu Moggalana? Beliau sedih melihat ibunya berada di alam menderita. Kemudian Bhikkhu Moggalana melimpahkan jasa kebajikan kepada ibunya. Kita bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Bhikkhu Moggalana.
Ada komik Buddhis yang berjudul Maitrakanyaka, mungkin teman-teman pernah membacanya. Kisah ini bersumber dari Tripitaka Sansekerta (diwyawadana) yang juga di pahat pada dinding candi Borobudur. Maitrakanyaka mendapat pelajaran berharga bahwa seorang anak harus berbakti pada orang tua (menuruti nasihat-nasihat orang tua) melebihi pencarian harta duniawi apa pun.
Di dalam sutra bhakti seorang anak, diceritakan Buddha memberi penghormatan kepada tumpukan tulang yang merupakan tulang milik seorang ayah dan ibu. Seorang ayah sering pergi ke vihara, berbuat bajik dan bijaksana menjaga keluarga. Karena itulah tulang ayah berwarna putih. Ibu mengandung anak-anaknya, menyusui, menjaga dan merawat anak-anaknya. Karena itulah tulang ibu lebih gelap dan rapuh.
Teman-teman jadi dapat kita simpulkan: jasa orang tua kita tidak bisa kita balas dengan harta benda. Menjadi anak yang tidak melupakan jasa-jasa orang tua kita, itu akan lebih baik. Karena dengan begitu, kita mampu merawat dan melaksanakan kewajiban-kewajiban anak kepada orang tua kita.
Demikianlah uraian bakti anak kepada orang tua. Semoga bermanfaat. Jika ada salah kata dan ekspresi, saya mohon maaf. Begitu juga dengan kebaikan hati teman-teman yang mendengarkan saya ucapkan terimakasih.

Semoga ayah dan ibu sehat dan bahagia.
Semoga kita berbahagia,
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sadhu sadhu sadhu.

Namo Sang Hyang Adi Buddhaya.
Namo Buddhaya

Tidak ada komentar :